Jumat, 23 November 2012

Laporan Praktikum Oseanografi


I.PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Oseanografi dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu ilmu yang mempelajari lautan. Ilmu ini semata-mata bukanlah merupakan suatu ilmu yang murni, tetapi merupakan perpaduan dari bermacam-macam ilmu dasar yang lain. Ilmu-ilmu lain yang termasuk di dalamnya ialah ilmu tanah (geology), ilmu bumi (geography), ilmu fisika (physics), ilmu kimia (chemistry), ilmu hayati (biology) dan ilmu iklim (metereology) (Hutabarat dan Evans,1985).
            Laut seperti halnya daratan dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Biota laut menghuni hampir semua bagian laut mulai dari pantai, permukaan laut sampai dasar laut yang teluk sekalipun. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupannya yang penuh rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto, 2001).
Seperti halnya bentuk muka bumi,di daratan yang beraneka ragam bentuk muka bumi di lautan juga beragam. Bedanya bentuk muka bumi di lautan tidak seruncing dan sekasar di daratan. Keadan ini akibat dari erosi dan penguapan dari air laut (Gentur, 2011).
Ilmu yang mempelajari laut atau lautan disebut Oceanografi. Objek yang dipelajarinya adalah mengenai keadaan fisik air laut tersebut, arus, gelombang, kedalaman, serta pasang naik dan pasang surut. Samudra adalah bentangan air asin yang menutupi cekungan yang sangat luas, sedangkan laut adalah merupakan bagian dari samudra. Permukaan bumi yang ditutupi oleh air samudra meliputi sekitar 70%. Penyebarannya tidak merata di antara belahan bumi utara dan selatan. Belahan bumi utara 60% terdiri atas air permukaan dan 40% daratan, sedangkan belahan bumi selatan 83% terdiri atas air permukaan dan 17% terdiri atas daratan. Di Indonesia perbandingan antara lautan dan daratan adalah 6 : 4, jadi lebih luas lautan dibandingkan daratan (Hartono,2007).

1.2  Maksud dan Tujuan
Maksud dari diadakannya praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan mengetahui dan memahami tentang ilmu oceanografi serta macam-macam parameter kualitas air baik dari parameter fisika maupun parameter kimia.
Tujuan dari diadakannya praktikum oceanografi ini adalah agar praktikan mampu melakukan pengukuran parameter kualitas air baik dari parameter fisika maupun parameter kimia dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan mendatang.

1.3  Waktu dan Tempat
      Praktikum oceanografi ini dilaksanakan pada hari minggu , tanggal 22 April 2012 pada pukul 04.30-selesai, bertempat di Pelabuhan Mayangan, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perairan Laut
            Lingkungan laut sangat luas cakupannya dan sangat majemuk sifatnya. Karena luasnya dan majemuknya lingkungan tersebut. Tiada satu kelompok biota laut pun yang mampu hidup disemua bagian lingkungan laut tersebut dan disegala kondisi lingkungan yang berbeda-beda kedalam lingkungan-lingkungan yang berbeda pula. Para ahli oseanologi membagi-bagi lingkungan laut menjadi zona-zona atau yang memintakat-mintakat menurut kreteria-kreteria yang berbeda (Romimohtarto, 2001).
      Laut merupakan suatu tempat mata pencarian bagi orang-orang asia tenggara yang telah berumur berabad-abad lamanya. Tidak dimana pun juga hal ini benar-benar dapat dilihat diIndonesia dimana Negara ini terdiri dari lebih kurang 13.000 pulau yang tersebar. Kebanyakan penduduk yang berjumlah 140.000.000 bertempat timggal berbatasan dengan lautan. Sejak dahulu lautan telah memberi manfaat kepada manusia untuk dipergunakan suatu sarana untuk berpergian, perniagaan dan perhubungan dari suatu tempat ketempat lain. Akhir-akhir ini diketahui bahwa lautan banyak mengandung sumber-sumber alam yang berlimpah-limpah jumlahnya dan bernilai berjuta-juta dolar (Hutabarat, 1985).

2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan diri organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai berbagai macam jenis hewan di dunia. Sebagai contoh binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik. Faktor yang mempengaruhi perbedaan pemanasan adalah sinar matahari yang merambat melalui dan perbedaan sudut datang sinar matahari ketika atmosfir mencapai permukaan bumi (Hutabarat dan evans, 2008).
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C. Semua organisme laut, kecuali burung-burung dan mamalia laut bersifat poikilotermik atau ektotermik, artinya suhu tubuhya dipengaruhi oleh suhu massa air di sekitarnya. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan, dapat dibedakan empat zona biogeografik utama: kutub, tropik, beriklim sedang-panas, dan beriklim sedang dingin (Nybakken, 1985).

2.2.2  Kecepatan arus
Secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan massa air laut ke arah horizontal dalam skala besar. Walaupun ada arus vertical, namun ulasan ini hanya membahas arus horizontal saja. Tidak sperti pada arus sungai yang searah dengan aliran sungai yang menuju ke arah hilir, dimana kecepatan arus sungai bisa diukur secara sederhana. Arus di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor dan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim dan suhu permukaan laut yang berubah – ubah (Wibisono, 2005).
Arus laut (sea current) adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping).Contoh-contoh gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi. Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di belahan bumi selatan.Gaya ini yang mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral ekman (ilmukelautan, 2012).
Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut. Adanya perbedaan suhu masa air dan terjadinya pembuyaran arus permukaan (divergensi) menyebabkan terjadinya upwelling dan sebaliknya, convergensi atau pemusatan arus permukaan menyebabkan terjadinya downwelling atau bisa dikatakan tenggelamnya masa air permukaan (Nybakken,  1992).

2.2.3 Kecerahan
2.2.3.1 Sifat Optis Air
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari  maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985).
Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam permukaan air dan daya perambatan cahaya di dalam air. Masuknya cahaya matahari ke dalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity) (Gusrina, 2008).
2.2.3.2 Kekeruhan
Kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air. Kekeruhan menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam perairan (Gusrina, 2008).
Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu
tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat dan membawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dan semakin meningkat kea rah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitankton dan tumbuhan bentik (Boyd, 1990).

2.2.4 Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran (Wibisono, 2005).
Nilai tertinggi dan nilai terendah kedudukan pasang surut terjadi pada saat bulan purnama atau bulan baru, dimana pengaruh gaya tarik bulan dan matahari maksimal yaitu matahari dan bulan sama-sama melakukan gaya tarik menarik terbesar. Keadaan pasang surut tersebut disebut spring tide dan pasang surut yang terjadi pada saat bulan berada pada kuartir pertama dan terakhir disebut neap tide, pada waktu spring tide didapatkan tunggang air yang terbesar sedangkan pada neap tide didapatkan tunggang air yang terkecil (Ongkosongo dan Suyarso, 1989).
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1.    Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2.    Pasang surut semi diurnal.  Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3.    Pasang surut campuran.  Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

2.2.5 Gelombang
Gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerak longitudinal dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energi serta waktu melalui berbagai ragam bentuk materi. Gelombang pasang adalah gelombang besar dan tinggi yang datang secara mendadak diakibatkan dari gerakan kerak bumi di dasar laut (dislokasi) atau berupa gempa tektonik dimana energi tersebut diteruskan secara lateral sampai wilayah pantai yang dapat merusak terhadap apa saja yang berada di wilayah pantai, biasanya dikenal dengan sebagai Tsunami (Wibisono, 2005).
Gelombang air laut terjadi karena adanya alih energi dari angin ke permukaan laut atau disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang merambat ke segala arah membawa energinya yang kemudian dilepaskan ke pantai dalam bentuk hempasan ombak. Rambatan gelombang dapat mencapai ribuan kilometer sampai mencapai pantai. Gelombang yang mencapai pantai akan mengalami pembiasan dan akan memusat jika mendekati semenanjung atau menyebar jika menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang terjadi pada gelombang  disebabkan oleh topografi dasar laut (Nybakken, 1992).


2.3 Parameter Kimia
2.3.1 PH
Suatu skala atau ukuran untuk mengukur keasaman atau kebasahan larutan dinamakan PH, nilainya bervariasi antara 0-14 dengan batas normal ada pada nilai 7. Air laut umiumnya memiliki nilai PH di atas 7 yang berarti bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah sehingga menjadi bersifat asam. Perubahan nilai PH yang demikian berpengaruh terhadap kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan biota di dalamnya (Ruyitno et al., 2003).
Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu tertentu atau pH = - log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan konsentrasi oksigen akan rendah sehingga aktifitas pernapasan tinggi dan selera makan berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005).
pH air laut umunya berkisar antara 7.6 – 8.3 dan berpengaruh terhadap ikan. Nilai pH biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah tangga. Kisaran pH dalam perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida yang merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi perairan lainya menyerap karbondioksida dari perairan selama proses fotosintesa berlangsung sehingga pH cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Tetapi menurunya pH oleh karbondioksida tidak lebih dari 4.5 (Boyd, 1982).
2.3.2 Salinitas
Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Satuan salinitas adalah per mil (‰), yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut (Wibisono, 2004). Salinitas merupakan bagian dari sifat fisik-kimia suatu perairan, selain suhu, pH, substrat dan lain-lain. Salinitas  dipengaruhi oleh pasang surut, curah hujan, penguapan, presipitasi dan topografi suatu perairan. Akibatnya, salinitas suatu perairan dapat sama atau berbeda dengan perairan lainnya, misalnya perairan darat, laut dan payau. Kisaran salinitas air laut adalah 30-35‰, estuari 5-35‰ dan air tawar 0,5-5‰ (Nybakken, 1992).
Salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut - payau, di mana nener (stadium akhir larva bandeng) dipelihara di bak- bak  hatchery bandeng. Sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau, di alam kondisi ini dijumpai pada tambak-tambak dimana benih bandeng dipelihara atau dibesarkan mencapai ukuran konsumsi (Murtidjo,2002).
Toleransi terhadap salinitas tergantung pada umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh terhadap reproduksi, distribusi, lama hidup serta orientasi migrasi. Variasi salinitas pada perairan yang jauh dari pantai akan relatif kecil dibandingkan dengan variasi salinitas di dekat pantai, terutama jika pemasukan air - air sungai. Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan atau distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut (Brotowidjoyo et al, 1995).

2.3.3 Oksigen Terlarut (DO)
DO merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan berperan penting dalam pernapasan tumbuhan dan hewan, secara alami kelarutannya dalam air laut cukup untuk membuat ikan dan biota hidup di dalamnya. Akan timbul masalah bilamana konsentrasinya berubah sehingga mencapai angka di luar batas angka kenormalan dalam suatu perairan. Penurunan konsentrasi oksigen ini biasanya disebabkan oleh terjadinya perubahan kualitas perairan sebagai akibat banyaknya bahan pencemar yang mengalir ke dalam perairan (Ruyitno et al., 2003).
Penurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat aktivitas ikan. Oksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan oksigen di antara tiap spesies tidak sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan partial oksigen dalam air dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah (Brown and Gratzek, 1980) . 



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil Pengamatan
4.1.1 Parameter fisika
a.      Suhu
Hasil Pengukuran                                                           
Suhu air laut pukul 10.46                         : 29º C
Suhu air laut pukul 11.46                         : 31º C
b.      Kecepatan Arus pukul 10.46
Hasil Pengukuran                                   
Panjang tali yang dipakai (s)                    : 5 meter
Lama waktu (t)                                         : 157 detik
Kecepatan arus                                        : 0,032 m/detik
Arah arus                                                 : dari timur menuju barat                                                                                        (menurut mata angin)
c.      Kecerahan
Hasil Pengukuran                                                           
o   Pada pukul 11.08 WIB
Kedalaman secchi disk (D1)               : 224 cm
Kedalaman secchi disk (D2)               : 242cm
Nilai kecerahan                                   : 233cm
o   Pada pukul 12.08 WIB
Kedalaman secchi disk (D1)               : 283cm
Kedalaman secchi disk (D2)               : 238 cm
Nilai kecerahan                                   : 260,5cm
d.      Pasang Surut
Awal pengukuran pukul : 10.00 WIB
Hasil Pengukuran           
Skala awal pada tide staff                       : 147 cm = 1,47 m
Skala akhir pada tide taff                         : 20 cm = 0,2 m
Selang waktu pengukuran                       : 5 jam = 18000 detik
: 25,4 cm/jam atau 7,05.10-5 m/s
Akhir pengukuran pukul : 15.00 WIB
Tipe pasang surut                                    : Diurnal

e.      Gelombang
Hasil Pengukuran           
Tinggi Gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Puncak (cm)
88
87
88
Lembah (cm)
83
82
82
Selisih (cm)
5
5
6

Tinggi gelombang rata-rata          =
Periode Gelombang
Pengukuran ke
I
II
III
Rata-rata
Periode gelombang (detik)
3
3,6
4,8
3,8
4.1.2 Parameter Kimia
a.    pH
Hasil Pengkuran nilai PH                                     : 9
b.    Salinitas
Hasil Pengukuran nilai salinitas                           : 30 ppt
c.    DO
Hasil Pengukuran           
Volume titran awal                                               : 33 ml
Volume titran akhir                                               : 39,5 ml
Volume titran                                                        : 6,5 ml
N titran                                                                 : 0,025 N
Volume botol DO                                                 : 250 ml
Nilai kandungan oksigen terlarut di perairan       : 5,3 mg/l
  Data Hasil Pengamatan Praktikkum Lapang Oceanografi
Kecepatan Arus (m/s)
Kecerahan (cm)
Suhu (0C)
Salinitas (ppt)
pH
Gelom-bang
Pasang surut (cm/jam)
DO (mg/l)
0,032
(I).
233
(II). 260,5
(I).
29
(II).
31
30
9
5,3
25,4
5,3

4.2 Analisa Prosedur
4.2.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Pada pengukuran suhu air laut alat yang dipakai adalah Thermometer Hg, untuk cara pengukurannya adalah pertama Thermometer Hg dicelupkan langsung ke dalam perairan, dibiarkan beberapa saat (± 2 menit) lalu diangkat dan secepatnya dibaca nilai suhu pada skala Thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar dan untuk memperoleh hasil yang maksimal Pengukuran dilakukan sebanyal 2 kali yaitu pada jam 10.46 WIB dan 11.46 WIB.

b. Kecepatan Arus
Pada praktikum kecepatan arus alat yang digunakan adalah tali rafia sepanjang 5 meter untuk mengikat botol plastik, botol bekas air mineral 600 ml sebagai pemberat dan pelampung yang dipasang pada tali rafia, stopwatch untuk menghitung lamanya tali menegang dan kompas sebagai petunjuk arah. Cara pengukurannya adalah pertama 2 botol bekas air mineral dihubungkan dengan tali rafia  sepanjang ± 30 cm, kemudian dihubungkan lagi dengan tali rafia sepanjang 5 meter. Botol yang paling ujung diisi dengan air sebagai pemberat dan botol satunya sebagai pelampung selanjutnya kedua botol itu dihanyutkan mengikuti arus bersamaan dengan menyalakan stopwatc. Setelah tali menegang maka stopwatch dimatikan  lalu dicatat lamanya waktu yang digunakan untuk menegangkan tali yang panjang 5 meter tersebut. Kecepatan arus dihitung sebagai panjang tali yang dipakai : waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter/detik.
c. Kecerahan
d. Pasang Surut
e. Gelombang
4.2.2 Parameter Kimia
a. pH
Disiapkan alat dan bahan. Adapun alat dan bahannya yaitu kotak standart pH digunakan untuk menentukan nilai pH, pH paper digunakan untuk mengukur pH air laut.
Selanjutya disiapkan pH paper dan dicelupkan pH paper ke dalam sample air laut yang akan diukur derajat keasamannya.  Kemudian diangkat dan dikibas-kibaskan hingga setengah kering. Setelah itu diamati perubahan warna yang terjadi. Selanjutnya dicocokkan warnanya dengan kotak standart pH dan ditentukan nilai PH-nya  sesuai dengan warna pada kotak standart pH sehingga di dapat hasilnya.
            b. Salinitas
  Disiapkan alat dan bahan. Adapun alat dan bahannya adalah refraktometer untuk mengukur salinitas air laut, pipet tetes untuk memindahkan cairan dalam skala kecil, aquades sebagai kalibrasi refraktometer, tissu untuk mengeringkan refraktometer.
Selanjutnya refraktometer dikalibrasi pada membran refraktometer dengan aquades dan dikeringkan menggunakan tissue secara searah. Selanjutnya air laut diambil dengan menggunakan pipet tetes. Kemudian diteteskan sebanyak 1-2 tetes pada refraktometer dan ditutup dengan penutup membran tanpa terjadi gelembung. Setelah itu diarahkan refraktometer menuju sumber cahaya dan dibaca pada lensa refraktometer, yaitu pada batas yang berwarna kebiruan di sebelah kanan dan dicatat hasilnya dengan menggunakan satuan ppt. 
c. DO ( Oksigen Terlarut)
Disiapkan alat dan bahan. Adapun alat dan bahannya yaitu water sampler untuk membantu pengambilan air sampel dari perairan untuk pengukuran DO, botol DO untuk mengambil air sampel dari perairan untuk pengukuran DO, biuret untuk titrasi zat, statif sebagai penyangga buret atau menegagkkan buret, pipet tetes untuk memindahkan zat tanpa mengharuskan adanya ukuran yang pasti, pipet volume untuk memindahkan larutan pada volume tertentu dengan tepat, MnSO4 untuk mengikat O2  , NaOH+KI untuk mengikat  I2 dan memberi andapan coklat , H2SO4 melarutkan endapan coklat dan pengkondisian asam, amilum untuk pengkondisian basa, Na2S2O3.
Kemudian disipakan botol DO dan diukur volume botol DO yang akan digunakan. Selanjutnya dimasukkan botol DO ke dalam water sampler. Setelah itu dimasukkan selang aerator kecil (barwarna putih)  pada water sampler ke dalam botol DO. Kemudian ditutup rapat water sampler dan selang aerator besar di luar  (berwarna biru) ditutup menggunakan jempol. Setelah itu water sampler dimasukkan ke dalam perairan secara perlahan sampai terdengan bunyi “blup” dengan kedalaman 10 meter untuk memperoleh air sampler. Selanjutnya diangkat dalam perairan dan ditutup botol DO dalam air sampai tidak terdapat gelembung udara pada botol DO tersebut.
Selanjutnya untuk meperoleh nilai oksigen terlarut, air sampler pada botol DO yang di peroleh ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaoH + KI menggunakan pipet volum dan dibolak-balik sampai larutan homogen kemudian diendapkan. Selanjutnya di buang air bening di atas endapan dan ditambahkan 2 ml H2SO4 menggunakan pipet volume setelah itu dikocok sampai endapan larut. Kemudian ditambahkan 4 tetes amylum menggunakan pipet tetes kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sampai terjadi perubahan tidak berwarna (bening) pertama kali. Selanjunya dicatat volume Na2S2O3

4.3  Analisa hasil
4.3.1.    Parameter fisika
a. Suhu
Berdasarkan hasil praktikum oceanografi tentang pengukuran suhu yang dilakukan selama 2 kali diperoleh hasil bahwa suhu air laut saat pengukuran pertama pada pukul 11.05 WIB adalah 30º C sedangkan pengukuran yang kedua pada pukul 11.50 WIB suhu perairan tersebut adalah 29º C . Hal ini menunujukkan bahwa suhu di perairan laut tersebut adalah normal.
Suhu merupakan ukuran energi gerakan molekul secara horizontal sesuai dengan garis lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Metabolisme   organisme  biasanya berkisar pada suhiu antara 0-40° C (Nybakken, 1985).
b. Kecepatan arus
Berdasarkan data pengukuran kecepatan arus saat praktikum oceanografi diperoleh bahwa panjang tali yang digunakan adalah 5 meter sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk meregangkan tali tersebut alalah 26 detik sehingga diperoleh kecepatan arus perairan laut tersebut adalah 19,23 m/s dengan arah arus dari timur ke barat.
Arus di laut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus yakni tiupan angin musim dan suhu permukaan laut yang berubah – ubah Arus air laut juga dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu air baik secara vertikal maupun horizontal, tinggi permukaan laut, dan pasang-surut (Wibisono, 2005).
c. Kecerahan
Pengukuran sifat optis air dan kecerahan pada praktikum oceanografi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada pukul 11.05 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 961 cm kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 876 cm sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 918,5 cm. Sedangkan pukul 12.50 WIB diperoleh bahwa kedalaman secchi disk (mulai tidak tampak) sebesar 1007 cm kemudian kedalaman secchi disk (mulai tampak) sebesar 890 cm sehingga diperoleh nilai rata-rata pengukuran kecerahan perairan sebesar 948,5 cm. Dengan kenaikan sudut datang semakin kecil terjadi kenaikan kecerahan yang berarti intensitas cahaya matahari yang masuk di perairan semakin meningkat.
Sifat optis air sangat berhubungan dengan intensitas matahari. Semakin besar sudut datang matahari  maka semakin besar sifat optis air yang dimiliki bahkan intensitas matahari yang semakin lama maka sifat optis air akan bervariasi (Nybakken,1985).
d. Pasang surut
Dari data pengukuran didapat skala awal pada tide staff adalah 142 cm dan skala akhir pada tide staff adalah 20 cm, selang waktu pengukuran didapat selama 3 jam, sedangkan kecepatan pasang surut 40,67 cm/jam, dan tipe pasang surutnya adalah diurnal.
Pasang surut laut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut, yakni suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara Bumi, Matahari dan Bulan. Ada tiga jenis pasang surut yang pokok yaitu pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type), pasang surut tipe harian ganda (semi diurnal type), dan pasang surut tipe campuran (Wibisono, 2005).
e. Gelombang
Pada praktikum oseanografi tentang gelombang menunjukkan bahwa pengamatan yang dilakukan sebanyak 3 kali didapatkan hasil tinggi gelombang yaitu puncak I = 88 cm, puncak II = 86 cm, puncak III = 88 cm sedangkan lembah I = 83 cm, lembah II = 81 cm, lembah III = 82 cm. Selisih tinggi gelombang I =5, II = 5, III = 6, dan memiliki tinggi gelombang rata-rata 5,3 cm. Periode gelombang dilakukan 3 kali pengukuran yaitu I = 3 detik, II = 3,6 detik, III = 4,8 detik, sehingga rata-rata periode gelombang adalah 3,8 detik.
Gelombang yang mencapai pantai akan mengalami pembiasan dan akan memusat jika mendekati semenanjung atau menyebar jika menemui cekungan. Gelombang yang menuju perairan dangkal akan mengalami spilling, plunging, collapsing atau surging. Semua fenomena yang terjadi pada gelombang  disebabkan oleh topografi dasar laut (Nybakken, 1992).

4.3.2. Parameter kimia
a. pH
Berdasarkan data hasil praktikum oseanografi tentang PH diperoleh bahwa PH perairan laut di probolinggo sebesar 9. Ini berarti kondisi perairan di lokasi praktikum adalah basa.
Air laut umiumnya memiliki nilai PH di atas 7 yang berarti bersifat basa, namun dalam kondisi tertentu nilainya dapat menjadi lebih rendah sehingga menjadi bersifat asam. Perubahan nilai PH yang demikian berpengaruh terhadap kualitas perairan yang pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan biota di dalamnya (Ruyitno et al., 2003).
b. Salinitas
Dari hasil pengamatan saat praktikum oseanografi diperoleh nilai salinitas sebesar 28 ppt. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa salinitas perairan adalah normal.
Salinitas 30 ppt adalah tingkat kadar garam normal pada air laut, pada salinitas ini induk ikan bandeng dipelihara dan dipijahkan. Salinitas 23 ppt adalah kisaran salinitasi media air laut – payau, sementara salinitas 16 ppt mewakili air payau (Murtidjo,2002).
c.  DO
Berdasarkan hasil praktikum oseanografi tentang DO(oksigen terlarut) diperoleh bahwa nilai kandungan oksigen di perairan sebesar 5,3 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen di perairan cukup banyak sehingga kualitas air disana cukup baik.
Oksigen terlarut semakin rendah dengan semakin dalamnya air laut menunjukan fenomena yang normal untuk suatu perairan. Konsentrasi oksigen yang lebih tinggi terdapat pada lapisan permukaan karena berhubungan dengan atmosfer yang merupakan salah satu sumber oksigen di samping tumbuhan yang hidup di laut (Ruyitno et al., 2003).

4.4    Manfaat di Bidang Perikanan
4.4.1      Parameter Fisika
a. Suhu
b. Kecepatan Arus
Gerakan air laut berpengaruh pada gerakan plankton (fitoplankton). Tempat tempat yang banyak planktonnya biasanya di situ banyak berkumpul ikan. Oleh karena itu bagi para nelayan, informasi tentang gerakan air laut dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tempat-tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan (Irawan, 2000).
c. Kecerahan
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk dikolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm ( Rahardi, 1993).
Terumbu Karang merupakan simbiosis antara hewan polip dengan tumbuhan Zooxnathellae yang memerlukan sinar matahari untuk proses Fotosintesis. Zat kapur yang tinggi sangat diperlukan oleh kedua hewan dan tumbuhan ini untuk membangun kerangka karang bersama - sama dengan hewan - hewan lainnya. Terumbu Karang tumbuh sangat lamban. Satu jenis Terumbu Karang hanya dapat tumbuh rata -rata 0.5 sampai 1 m per tahun. Dan beberapa jenis diantaranya sangat mudah patah atau rusak. Bentuk Terumbu Karang berbeda - beda, ada yang bulat seperti bola, datar seperti meja dan ada juga yang pipih seperti kipas (LIPI, 2007).
d.    Pasang surut
Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang surutyang periodik, maka ia dapat diramalkan.Pasang surut juga sangat mempengaruhi kehidupan organisme laut, terutama pada daerah intertidal dan daerah litoral (
e.    Gelombang
Gelombang air laut dapat bermanfaat bagi manusia. Bagi seseorang peselancar (surfer), gelombang air laut berkekuatan besar dapat dimanfaatkan untuk berselancar (surfing). Manfaat lain dari gelombang adalah dari gerakan air berpengaruh terhadap pendekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dan algae yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat. Umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. . Sementara itu, algae yang tumbuh di daerah yang tenang memiliki karakteristik spora yang mengandung lapisan lendir dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air tesebut juga sangat berperan dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan (Anneahira, 2012).


4.4.2  Parameter Kimia
a.    Ph
b.    Salinitas
Ciri paling khas pada air laut yang diketahui oleh semua orang ialah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air laut terlarut bermacam-macam garam, yang paling utama adalah garam natrium klorida (NaCl) yang sering pula disebut garam dapur. Garam dapur yang banyak diproduksi di Madura dan juga di daerah lainnya diperoleh dengan menguapkan air laut hingga tersisa kristal-kristal garamnya. Selain garam-garam klorida, di dalam air laut terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan sebagainya. Dalam literatur oseanologi dikenal istilah salinitas (acapkali pula disebut kadar garam atau kegaraman) yang maksudnya ialah jumlah berat semua garam (dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan ‰ (per mil, gram per liter) (Nontji, 2002).
Osmoregulasi pada ikan air tawar melibatkan pengambilan ion dari lingkungan untuk membatasi kehilangan ion. Air akan masuk ke tubuh ikan karena kondisi tubuhnya hipertonik, sehingga ikan banyak mengeksresikan air dan menahan ion. Pada ikan air tawar tekanan osmosis merupakan konsentrasi garam dan substansi lain dalam darah harus lebih tinggi dari air disekitarnya oleh karena perbedaan dalam konsentrasi tersebut pada ikan air tawar air akan terdorong melalui permukaan tubuh dan insang secara aktif untuk kemudian diambil garam-garamnya dan dikeluarkan sebagai urine yang banyak (Romimohtarto, 1991).
c.    DO
                                                       
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum oseanografi tentang pengukuran parameter fisika dan parameter kimia. Pada parameter fisika meliputi kecepatan arus, kecerahan dan sifat optis air, suhu, pasang surut, dan gelombang. Sedangkan pada parameter kimia meliputi PH, salinitas dan DO yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
·         Suhu adalah perubahan panas air laut disebabkan oleh perpindahan panas dari massa satu ke massa yang lain.
·         Arus laut adalah pergerakan massa air baik secara vertikal maupun horizontal menuju titik keseimbangan.
·         Tingkat kecerahan menyatakan tingkat cahaya atau sinar matahari yang masuk ke dalam perairan.
·         Gelombang merupakan pergerakan massa air secara horizontal di perairan secara berirama.
·         Pasang surut adalah gerakan naik turunya permukaan laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
·         Derajat keasaman merupakan salah satu parameter penentu produktivitas suatu perairan.
·         Salinitas adalah jumlah total material (yang dinyatakan dalam garam) yang terkandung dalam 1 liter air.
·         Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air untuk mengetahui proses metabolisme yang sangat vital bagi kehidupan organisme perairan.
·         Data hasil Pengamatan
1.   Parameter fisika
a.    Suhu                                                      
Suhu air laut pukul 10.46                    : 29º C
Suhu air laut pukul 11.46                    : 31º C
b.    Kecepatan Arus pukul 10.46     
Panjang tali yang dipakai (s)               : 5 meter
Lama waktu (t)                                                : 157 detik
Kecepatan arus                                   : 0,032 m/detik
Arah arus                                             : dari timur menuju barat                                                                                 (menurut mata angin)
c.    Kecerahan                                                         
o  Pada pukul 11.08 WIB
Kedalaman secchi disk (D1)           : 224 cm
Kedalaman secchi disk (D2)           : 242cm
Nilai kecerahan                               : 233cm
o  Pada pukul 12.08 WIB
Kedalaman secchi disk (D1)           : 283cm
Kedalaman secchi disk (D2)           : 238 cm
Nilai kecerahan                               : 260,5 cm
d.    Pasang Surut
Awal pengukuran pukul                      : 10.00 WIB    
Skala awal pada tide staff                  : 147 cm = 1,47 m
Skala akhir pada tide taff                    : 20 cm = 0,2 m
Selang waktu pengukuran                  : 5 jam = 18000 detik
Kecepatan pasang surut                     : 25,4 cm/jam atau 7,05.10-5                                      m/s
Akhir pengukuran pukul                      : 15.00 WIB
Tipe pasang surut                               : Diurnal
e.    Gelombang
o   Tinggi Gelombang
Puncak ke-1                                 : 88 cm
Puncak ke-2                                 : 87 cm
Puncak ke-3                                 : 88 cm
Lembah ke-1                                : 83 cm
Lembah ke-2                                : 82 cm
Lembah ke-3                                : 82 cm
Selisih ke-1                                   : 5 cm
Selisih ke-2                                   : 5 cm
Selisih ke-3                                   : 6 cm
Tinggi gelombang rata-rata          : 5,3 cm
o    Periode Gelombang
Periode ke-1                                 : 3 detik
Periode ke-2                                 : 3,6 detik
Periode ke-3                                 : 4,8 detik
Periode gelombang rata-rata       : 3,6 detik

2.    Parameter Kimia
a.    pH
Nilai PH                                             : 9
b.    Salinitas
Nilai salinitas                                     : 30 ppt
c.    DO      
Volume titran awal                            : 33 ml
Volume titran akhir                            : 39,5 ml
Volume titran                                     : 6,5 ml
N titran                                              : 0,025 N
Volume botol DO                              : 250 ml
Nilai kandungan oksigen
terlarut di perairan                             : 5,3 mg/l

5.2 Saran
Pada praktikum oceanografi tentang berbagai macam parameter fisika dan kimia sebaiknya sebelum melaksanakan praktikum para asisten terlebih dahulu menyiapkan alat yang akan digunakan sehingga mempermudah jalannya praktikum dan sebelum melakukan praktikum hendaknya praktikan membaca terlebih dahulu buku panduan praktikum agar diwaktu praktikum kita dapat melakukan praktikum dengan lancar. Untuk praktikum selanjutnya diharapkan ketersediaan alat sehingga praktikum oceanografi dapat berjalan dengan lancar dan data yang dihasilkan dapat terjamin kevalidannya. 

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agricultural      Experiment station. Auburn University, Auburn.
Boyd, C. E. And F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management in Pond
Fish Culture. Auburn University, Auburn.
Brotowijoyo, M. D., Dj. Tribawono., E. Mulbyantoro. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya Air. Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Brown. E. E and J. B. Gratzek. 1980. Fish Farming Handbook. AVI Publishing Company INC, New York.
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North-Holland Publishing Company. Amsterdam.
Gusrina, 2008.Budidaya Ikan Jilid I. PT Macananjayacemerlang, Jakarta.
Ghufron. M, dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan Laut di Keramba Jaring Apung.
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 2008. Pengantar Oseanografi. Universitas indonesia, Jakarta.
Ilmukelautan. 2012 
Irawan. 2009. Faktor-faktor penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery dan Pembesaran.http://www.sith.ieb.ac.id.
LIPI. 2007. Status Ekosistem Wilayah Pesisir Teluk Kupang dan Sekitarnya. Sam Wouthuzen(ed). Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi LIPI, Ambon.
Murtidjo, B. Agus. 2002. Budidaya dan pembenihan bandeng. Kasinius,
Yogyakarta.
Nybakken, James w. 1985. Biologi laut. Erlangga, Jakarta.
Nybakken, J.W., 1992. Marine Biology An Ecological Apprach. 3 rd edition. Addison-Wesley Educational Publishers Inc, USA.

Ongkosongo, Otto S.R dan Suyarso.1989.Asean-Australia Cooperative programs on marione science. Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta.
Rayitno, Pramudji, Imam Supangat, Sunarto. 2003. Pesisir dan Pantai Indonesia IX. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
Wibisono M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

  
Gentur. 2011. Bwww.gentur.bentuk muka bumi. Diakses pada tanggal 27 Mei 2011 pukul 12.00 WIB
Hartono.2007. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Citra Praya : Bandung
Hutabarat dan Stewart . M. Evans. 1985. Pengantar Oceanography. UI Press. Indonesia
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut . Jakarta : Djambatan




2 komentar:

  1. jadi teringat praktikum Oceanografi :)

    BalasHapus
  2. assalamuaikum....terima kasih atas postingannya yang banyak memberikan bantuan dan informasi bagi saya, untuk itu kepada pemilik blog ini saya minta izin untuk menyalin laporan praktikumnya sebagai bahan dan acuan saya...wasallam..

    BalasHapus